Minggu, 13 Juni 2010

INSTALASI DAN KONFIGURASI AGLETS

Aglet merupakan sebuah gabungan dari agen dan applet. Selain itu, aglets ini berupa sebuah perangkat lunak agen bergerak yang berbasis Java.
Aplikasi Aglet ini dapat mengalami beberapa kejadian/tool dalam hidupnya diantaranya:
Creation: dimana tool ini diinstansiasi dan threaf utamanya kemudian di eksekusi.
Disposal: dimana aglet ini dimusnahkan sehingga informasinya hilang.
Cloning: dimana aglet ini di replikasi/digandakan, dengan status yang ada tapi dengan identitas yang baru.
Dispatch: aglet dan state dikirim ke sebuah host terpisah.
Retract: aglet yang sebelumnya di-dispatch ditarik kembali dari host yang terpisah.
Deactivation: aglet dan statusnya dikirim ke persistent storage.
Activation: aglet dan statusnya dikirim dari persistent storage.

Instalasi Aglets
Untuk langkah instalasinya, pertama-tama bisa download ASDK (Aglet Software Development Kit) nya. Asumsi saya disini, kita telah menginstall J2SDK dan JRE yang bisa di download di http://java.sun.com.
Setelah di download ASDK, dimana arsipnya adalah: aglets-2.0.2.jar, kemudian ekstrak dimana saja (saya mengkekstraknya di desktop) dan juga saya mengekstraknya pada home (pada ubuntu)

Buka command prompt (pada win*** ) atau terminal (pada GNU/Linux)
Kemudian pindah ke direktori dimana tadi kita mengekstrak aglet.
Setelah itu, pindah ke direktori bin dari aglet tadi.
Kemudian kita ketikkan perintah ant pada command prompt.
Pada terminal di GNU/Linux, kita ketikkan chmod 755 ant.
Kemudian kita ketikkan ./ant
apabila sukses, akan muncul kata BUILD SUCCESSFUL.







Kemudian kita ketikkan ant install-home
apabila sukses, akan muncul pula kata diatas.








Kemudian kita setting environment variablesnya masih pada direktori seperti tadi dengan cara seperti ini pada command prompt:
set AGLETS_HOME=c:\java\aglets
set AGLETS_PATH=%AGLETS_HOME%
set PATH=%PATH%;%AGLETS_HOME%\bin

pada Ubuntu kita ketik seperti ini pada terminal:
export AGLETS_HOME=/java/aglets
export AGLETS_PATH=$AGLETS_HOME
export PATH=$PATH:$AGLETS_HOME/bin

setelah itu kita jalan kan dengan perintah:

pada command prompt wind*** (catatan: saya juga masih mengalami masalah pada OS ini): agletsd -f ..\cnf\aglets.props
pada terminal: ./agletsd -f ../cnf/aglets.props

Minggu, 06 Juni 2010

AGLETS (MOBILE AGENT)
Mobile Agent

Mobile agent ialah agen yang mempunyai kemampuan berpindah-pindah dalam jaringan (contohnya pada jaringan World Wide Web), berinteraksi dengan host-host asing, mengumpulkan informasi berdasarkan pengguna, dan mengembalikannya ke pengirim setelah melakukan tugasnya. Mobile agent ini diimplementasikan oleh remote program. Hal-hal yang berkenaan dengan pemrograman remote juga dapat diterapkan pada mobile agent seperti :
• Penamaan Program – memberikan nama kepada agen untuk membedakannya dengan agen yang lain.
• Autentifikasi program – autentifikasi implementor dari program agen.
• Migrasi Program – memindahkan program dari satu mesin ke mesin lainnya.
• Keamanan Program – memastikan program tidak merusak mesin pengeksekusinya.
Salah satu contoh mobile agent ialah agen monitoring data stok dan penjualan yaitu agen yang secara mandiri bertugas untuk memonitor perubahan data, melaporkan kepada pengirimnya jika terjadi perubahan data pada basis data yang dimonitor. Agen monitoring sangat berguna bagi sistem yang mengalami perubahan secara dinamis, dimana perubahan data tersebut mempunyai pengaruh yang besar pada sistem secara keseluruhan. Dalam implementasinya agen jenis ini dapat menggunakan protokol HTTP (Hypertext Transfer Protocol) maupun ATP (Aglets Transfer Protocol) untuk mengakses informasi di dalam basis data yang terhubung dalam jaringan web. Sedangkan untuk mengakses ke basis data dapat digunakan KQML atau bahasa komunikasi agen lainnya untuk komunikasi antar agen.

III.1. Keuntungan Mobile Agent
Dibandingkan dengan teknologi agen statis, mobile agent mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
- Mengurangi Beban Jaringan

Pada sistem yang terdistribusi komunikasi antar bagian sistem sangat tergantung pada protokol komunikasi yang melibatkan banyak interaksi untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini menyebabkan, trafic jaringan tinggi. Dengan mobile agent dapat dimungkinkan untuk mengemas suatu aplikasi, mengirimkannya ke host tujuan dan kemudian interaksi dapat terjadi secara lokal.

Gambar 2.14. Mobile Agent mengurangi trafik jaringan

- Efisiensi sumber daya.
Konsumsi sumber daya (CPU dan memori) dapat dihemat, sebab mobile agent bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan yaitu pada satu node pada satu waktu. Node yang lain tidak menjalankan agen sampai node tersebut memerlukannya.

- Menanggulangi latency jaringan.
Sistem real-time yang kritis perlu tanggap terhadap perubahan lingkungannya secara real-time. Keterlambatan tanggapan yang diakibatkan oleh masalah jaringan harus dihindari. Mobile agent menawarkan suatu pemecahan dengan mengirimkan agen ke tujuan dan dieksekusi secara lokal.

- Eksekusi secara Asynchronous dan Autonomous.
Untuk menjaga koneksi dengan sistem lainnya diperlukan sarana komunikasi yang baik. Sayangnya dalam kenyataan seringkali banyak ditemukan jaringan yang mahal dan mudah putus, sehingga untuk mempertahankan koneksivitas menjadi tidak feasible, baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan mobile agent hal ini dapat diminimasi karena mobile agent mampu bekerja secara mandiri dan dapat beroperasi secara asynchronous dan autonomous.. Gambar 2.5 menunjukan urutan peristiwa tersebut.

Gambar 2.15. eksekusi agen secara asyncronous & autonomous


- Adaptasi secara dinamis.
Mobile agent dapat mendeteksi adanya perubahan di lingkungannya dan dapat bereaksi secara autonomous melakukan perubahan.

- Andal dan Toleran terhadap Kesalahan.
Kemampuan mobile agent untuk beraksi secara dinamis pada situasi dan keadaan yang tak menguntungkan menjadikan mobile agent mudah untuk membuat sistem terdistribusi yang andal dan toleran terhadap kesalahan.
- Multiplatform.
Dalam komputasi berbasis web sangat dimungkinkan penggunaan berbagai sistem yang berbeda baik pada sisi hardware maupun software. Mobile agent tidak tergantung pada komputer dan jaringan, tetapi hanya tergantung pada lingkungannya. Sebagai contoh, mobile agent Java dapat ditujukan ke segala sistem yang mempunyai JVM (Java Virtual Machine) dan dapat beroperasi pada berbagai sistem operasi.


III.2 Sistem Multi Agen
Lange (1998) menjelaskan sistem multi agent dapat didefinisikan sebagai kumpulan jaringan agen yang mempunyai tugas khusus yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah global melalui bagian-bagian otonomi sistem. Karakteristik dari sistem multi agent menurut Lange (1998) adalah sebagai berikut :
- Setiap agen mempunyai tugas khusus untuk memecahkan masalah di bagian masing-masing, dan daya pandang yang terbatas.
- Tidak ada sistem kontrol global.
- Data terdistribusi pada masing-masing bagian.
Sistem ini secara tradisional mempunyai keunggulan pada bidang pemecahan masalah secara konkuren dan terdistribusi, dan juga memiliki keunggulan dalam pola-pola interaksi yang canggih. Tipe-tipe interaksi pada sistem multi agen ialah sebagi berikut (Parunak, 1998) :
- Cooperation (bekerja sama menuju satu tujuan yang sama).
- Coordination (mengorganisasikan aktivitas pemecahan masalah sehingga dapat bersama-sama mencapai tujuan).
- Negotiation (mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima berbagai pihak yang terlibat).
Sistem multi agent memperluas cakupan agen cerdas setidak-tidaknya dalam dua bagian yaitu :
- Agen user mendelegasikan tugasnya kepada agen lain dalam mencapai tujuannya
- Agen didesain secara eksplisit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan agen lainnya.
Salah satu aplikasi yang menarik dari sistem multi agen ini ialah dalam sistem monitoring data stok dan penjualan karena data stok dan penjualan di tiap distributor mempunyai sifat yang dinamis dimana perubahan datanya sangat cepat. Sistem agen ini dapat membantu perusahaan manufaktur untuk memonitor secara simultan dan real time kondisi stok dan penjualan di masing-masing distributor yang memasarkan produknya.


III. Perancangan Sistem Mobile Agent
Sistem mobile agent yang akan dibangun adalah agent untuk melakukan monitoring dan updating data stok di sebuah distributor dalam jaringan berbasis web. Secara lengkap sistem yang akan dibangun pada penelitian ini dapat dijelaskan seperti pada gambar 1. Masing-masing komputer mempunyai tugas fungsi sebagai berikut :
• Web server
• Server basis data
• Klien



Gambar 1. Rancangan sistem

Secara blok diagram, perancangan sistem terdiri dari 3 blok utama, yaitu sisi klien atau client side, sisi server atau server side dan remote side. Sisi klien berupa internet browser yang dapat mengakses suatu web server. Sisi server terdiri dari web server dan aglet server. Sedang remote side berupa server basis data. Detail mengenai sub blok ini akan dijelaskan pada sub berikutnya. Secara lengkap blok diagram sistem dapat dilihat pada gambar 2.



Gambar 2. Diagram blok arsitektur sistem


Arsitektur sistem yang dikembangkan pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
•Aglet server, merupakan rumah agen atau tempat hidup agen dimana agen dibuat, bekerja dan bertukar informasi dengan agen lainnya.
• Apache merupakan HTTP server yang mampu menangani permintaan browser untuk menampilkan halaman web baik dalam format html maupun php.
• MySQL merupakan basis data server yang berada di web server tempat penyimpanan data yang bisa diakses user menggunakan web browser.
Web browser merupakan interface bagi user sekaligus access point ke dalam sistem.

Minggu, 30 Mei 2010

Instalasi dan konfigurasi DNS Server dengan Bind9 pada ubuntu server 9.10

cara istalasi dan konfigurasi Bind9 agar dapat menjadi DNS server lokal pada jaringan (LAN) anda.

Parameter yang saya gunakan kali ini :

Nama Host : websaya.com
IP Host : 10.0.0.253

langsung saja saya mulai langkah-langkah untuk melakukan instalasi dan konfigurasi Bind9 sebagai DNS server lokal :

Install bind dengan perintah :

$ sudo aptitude install bind9

langkah selanjutnya adalah meng-edit file named.conf menggunakan editor nano (anda boleh menggunakan editor apa saja yg anda suka) dengan perintah:

$ sudo nano /etc/bind/named.conf

lalu tambahkan zonenya (sesuaikan dengan kondisi server anda).

zone "websaya.com" IN {
type master;
file "/etc/bind/
websaya.com.db";
allow-update { none; };
};

zone "0.0.10.in-addr.arpa" IN {
type master;
file "/etc/bind/websaya.com-ptr.db";
allow-update { none; };
};

Kalau anda telah selesai mengedit file named.conf sesuai dengan kondisi jaringan anada, anda dapat simpan konfigurasi diatas. Setelah itu buatlah 2 file yang ada pada file named.conf yang tadi anda buat (dalam contoh ini adalah websaya.com.db dan websaya.com-ptr.db). Pertama-tama buat dahulu file websaya.com.db :

$ sudo nano /etc/bind/websaya.com.db

dan isikan dengan :

$TTL 604800
@ IN SOA websaya.com. admin.websaya.com. (
1 ; Serial
604800 ; Refresh
86400 ; Retry
2419200 ; Expire
604800 ) ; Negative Cache TTL
;
@ IN NS ns.websaya.com.
@ IN A 10.0.0.253
localhost IN A 127.0.0.1
www IN A 10.0.0.253
ns IN A 10.0.0.253

lalu buat file konfigurasi kedua, yaitu websaya.com-ptr.db :

$ sudo nano /etc/bind/websaya.com-ptr.db

dan isikan dengan parameter :

$TTL 604800
@ IN SOA
websaya.com. root.websaya.com. (
1 ; Serial
604800 ; Refresh
86400 ; Retry
2419200 ; Expire
604800 ) ; Negative Cache TTL
;

IN NS ns.websaya.com
2 IN PTR
websaya.com.

kalau sudah selesai, simpan konfigurasi yang tadi telah anda masukan. Setelah itu, anda harus mengedit lagi beberapa file agar semua berhasil dengan baik. File selanjutnya yang akan di edit adalah file /etc/hosts :

$ sudo nano /etc/hosts

lalu edit sesuai dengan parameter server anda :

127.0.0.1 localhost
10.0.0.253 websaya.com server

simpan kembali perubahan yang anda telah buat. file selanjutnya yang akan diedit adalah file resolv.conf :

$ sudo nano /etc/resolv.conf

isikan parameter seperti dibawah ini (anda sesuaikan dengan pamameter server anda) :

domain websaya.com
search websaya.com
nameserver 10.0.0.253

simpan kembali perubahan yang anda telah buat. file selanjutnya yang akan diedit adalah file named.conf.options :

options {
directory "/var/cache/bind";

forwarders {
203.153.118.10
; <—- IP DNS Server ISP anda
};

auth-nxdomain yes; # conform to RFC1035
listen-on-v6 { any; };
};

Ubah DNS server sesuai dengan parameter DNS dari ISP anda dan kalau sudah selesai, anda simpan file tersebut. Proses konfigurasi telah selesai. Restart Bind :

$ sudo /etc/init.d/bind9 restart

Tes konfigurasi dengan menggunakan perintah nslookup, host maupun dig :

nslookup www.websaya.com

Hasilnya :

Server: 10.0.0.253
Address: 10.0.0.253#53

Name: www.websaya.com
Address: 10.0.0.253

host websaya.com

hasilnya

websaya.com has address 10.0.0.253

dig websaya.com

; <<>> DiG 9.6.1-P2 <<>> websaya.com
;; global options: +cmd
;; Got answer:
;; ->>HEADER<<- opcode: QUERY, status: NOERROR, id: 33774 ;; flags: qr aa rd ra; QUERY: 1, ANSWER: 1, AUTHORITY: 1, ADDITIONAL: 1

;; QUESTION SECTION:
;websaya.com. IN A

;; ANSWER SECTION:
websaya.com. 604800 IN A 10.0.0.253

;; AUTHORITY SECTION:
websaya.com. 604800 IN NS ns.websaya.com.

;; ADDITIONAL SECTION:
ns.websaya.com. 604800 IN A 10.0.0.253

;; Query time: 0 msec
;; SERVER: 10.0.0.253#53(10.0.0.253)
;; WHEN: Wed Dec 30 14:19:54 2009
;; MSG SIZE rcvd: 88

User Datagram Protocol

UDP, singkatan dari User Datagram Protocol, adalah salah satu protokol lapisan transfor TCP.IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), tanpa koneksi (connectionless) antara host-host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP

Karakteristik UDP

UDP memiliki karakteristik-karakteristik berikut:

  • Connectionless (tanpa koneksi): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan tanpa harus dilakukan proses negosiasi koneksi antara dua host yang hendak berukar informasi.
  • Unreliable (tidak andal): Pesan-pesan UDP akan dikirimkan sebagai datagram tanpa adanya nomor urut atau pesan acknogwlement Protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus melakukan pemulihan terhadap pesan-pesan yang hilang selama transmisi. Umumnya, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP mengimplementasikan layanan keandalan mereka masing-masing, atau mengirim pesan secara periodik atau dengan menggunakan waktu yang telah didefinisikan.
  • UDP menyediakan mekanisme untuk mengirim pesan-pesan ke sebuah protokol lapisan aplikasi atau proses tertentu di dalam sebuah host dalam jaringan yang menggunakan TCP/IP. Header UDP berisifield Source Process Identification dan Destination Process Identification.
  • UDP menyediakan penghitungan checksum berukuran 16-bit terhadap keseluruhan pesan UDP.

UDP tidak menyediakan layanan-layanan antar-host berikut:

  • UDP tidak menyediakan mekanisme penyanggaan (buffering) dari data yang masuk ataupun data yang keluar. Tugas buffering merupakan tugas yang harus diimplementasikan oleh protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP.
  • UDP tidak menyediakan mekanisme segmentasi data yang besar ke dalam segmen-segmen data, seperti yang terjadi dalam protokol TCP. Karena itulah, protokol lapisan aplikasi yang berjalan di atas UDP harus mengirimkan data yang berukuran kecil (tidak lebih besar dari nilai maksimum transfer unit yang dimiliki oleh sebuah antarmuka di mana data tersebut dikirim. Karena, jika ukuran paket data yang dikirim lebih besar dibandingkan nilai MTU, paket data yang dikirimkan bisa saja terpecah menjadi beberapa fragmen yang akhirnya tidak jadi terkirim dengan benar.
  • UDP tidak menyediakan mekanisme flow-control, seperti yang dimiliki oleh TCP
enggunaan UDP
UDP sering digunakan dalam beberapa tugas berikut:
  • Protokol yang "ringan" (lightweight): Untuk menghemat sumber daya memori dan prosesor, beberapa protokol lapisan aplikasi membutuhkan penggunaan protokol yang ringan yang dapat melakukan fungsi-fungsi spesifik dengan saling bertukar pesan. Contoh dari protokol yang ringan adalah fungsi query nama dalam protokol lapisan aplikasi Domain Name System.
  • Protokol lapisan aplikasi yang mengimplementasikan layanan keandalan: Jika protokol lapisan aplikasi menyediakan layanan transfer data yang andal, maka kebutuhan terhadap keandalan yang ditawarkan oleh TCP pun menjadi tidak ada. Contoh dari protokol seperti ini adalah Trivial File Transfer Protocol (TFTP) dan Network File System (NFS)
  • Protokol yang tidak membutuhkan keandalan. Contoh protokol ini adalah protokol Routing Information Protocol (RIP).
  • Transmisi broadcast: Karena UDP merupakan protokol yang tidak perlu membuat koneksi terlebih dahulu dengan sebuah host tertentu, maka transmisi broadcast pun dimungkinkan. Sebuah protokol lapisan aplikasi dapat mengirimkan paket data ke beberapa tujuan dengan menggunakan alamat multicast atau broadcast. Hal ini kontras dengan protokol TCP yang hanya dapat mengirimkan transmisi one-to-one. Contoh: query nama dalam protokol NetBIOS Name Service.
Pesan-pesan UDP

UDP, berbeda dengan TCP yang memiliki satuan paket data yang disebut dengan segmen, melakukan pengepakan terhadap data ke dalam pesan-pesan UDP (UDP Messages). Sebuah pesan UDP berisi header UDP dan akan dikirimkan ke protokol lapisan selanjutnya (lapisan internetwork) setelah mengepaknya menjadi datagram IP. Enkapsulasi terhadap pesan-pesan UDP oleh protokol IP dilakukan dengan menambahkan header IP dengan protokol IP nomor 17 (0x11). Pesan UDP dapat memiliki besar maksimum 65507 byte: 65535 (216)-20 (ukuran terkecil dari header IP)-8 (ukuran dari header UDP) byte. Datagram IP yang dihasilkan dari proses enkapsulasi tersebut, akan dienkapsulasi kembali dengan menggunakan header dan trailer protokol lapisan Network Interface yang digunakan oleh host tersebut.
Dalam header IP dari sebuah pesan UDP, field Source IP Address akan diset ke antarmuka host yang mengirimkan pesan UDP yang bersangkutan; sementara field Destination IP Address akan diset ke alamat IP unicast dari sebuah host tertentu, alamat IP broadcast, atau alamat IP multicast.

Ilustrasi mengenai pesan-pesan UDP

Header UDP

Header UDP diwujudkan sebagai sebuah header dengan 4 buah field memiliki ukuran yang tetap, seperti tersebutkan dalam tabel berikut.

Ilustrasi mengenai header UDP

FieldPanjangKeterangan
Source Port16 bit (2 byte)Digunakan untuk mengidentifikasikan sumber protokol lapisan aplikasi yang mengirimkan pesan UDP yang bersangkutan. Penggunaan field ini adalah opsional, dan jika tidak digunakan, akan diset ke angka 0. Beberapa protokol lapisan aplikasi dapat menggunakan nilai field ini dari pesan UDP yang masuk sebagai nilai field port tujuan (Destination Port, lihat baris selanjutnya) sebagai balasan untuk pesan tersebut.
Destination Port16 bit (2 byte)Digunakan untuk mengidentifikasikan tujuan protokol lapisan aplikasi yang menjadi tujuan pesan UDP yang bersangkutan. Dengan menggunakan kombinasi antara alamat IP dengan nilai dari field ini untuk membuat sebuah alamat yang signifikan untuk mengidentifikasikan proses yang berjalan dalam sebuah host tertentu yang dituju oleh pesan UDP yang bersangkutan.
Length16 bit (2 byte)Digunakan untuk mengindikasikan panjang pesan UDP (pesan UDP ditambah dengan header UDP) dalam satuan byte. Ukuran paling kecil adalah 8 byte (ukuran header UDP, ketika tidak ada isi pesan UDP), dan ukuran paling besar adalah 65515 bytes (65535 [216] -20 [ukuran header protokol IP]). Panjang maksimum aktual dari pesan UDP akan disesuaikan dengan menggunakan nilai Maximum Transmission Unit (MTU) dari saluran di mana pesan UDP dikirimkan. Field ini bersifat redundan (terulang-ulang). Panjang pesan UDP dapat dihitung dari field Length dalam header UDP dan field IP Header Length dalam header IP.
Checksum16 bit (2 byte)Berisi informasi pengecekan integritas dari pesan UDP yang dikirimkan (header UDP dan pesan UDP). Penggunaan field ini adalah opsional. Jika tidak digunakan, field ini akan bernilai 0.


Port UDP
Seperti halnya TCP, UDP juga memiliki saluran untuk mengirimkan informasi antar host, yang disebut dengan UDP Port. Untuk menggunakan protokol UDP, sebuah aplikasi harus menyediakan alamat IP dan nomor UDP Port dari host yang dituju. Sebuah UDP port berfungsi sebagai sebuah multiplexed message queue, yang berarti bahwa UDP port tersebut dapat menerima beberapa pesan secara sekaligus. Setiap port diidentifikasi dengan nomor yang unik, seperti halnya TCP, tetapi meskipun begitu, UDP Port berbeda dengan TCP Port meskipun memiliki nomor port yang sama. Tabel di bawah ini mendaftarkan beberapa UDP port yang telah dikenal secara luas.


Nomor Port UDP Digunakan oleh
53 Domain Name System (DNS) Name Query

67 BOOTP client (Dynamic Host Configuration Protocol [DHCP])

68 BOOTP server (DHCP)

69 Trivial File Transfer Protocol (TFTP)

137 NetBIOS Name Service

138 NetBIOS Datagram Service

161 Simple Network Management Protocol (SNMP)

445 Server Message Block (SMB)

520 Routing Information Protocol (RIP)

1812/1813 Remote Authentication Dial-In User Service (RADIUS)

TCP

1) Pengertian

TCP adalah protokol yang memungkinkan program-program aplikasi untuk mengakses/menggunakan layanan komunikasi bersifat connection-oriented. TCP mampu memberikan jasa pengiriman yang dapat diandalkan (reliable) sekaligus bersifat flow-controlled. Sifat flow-controlled ini memungkinkan peralatan-peralatan jaringan yang berkecepatan rendah (slower-speed network devices) dapat berhubungan dengan peralatan-peralatan jaringan yang berkecepatan tinggi (higher-speed network devices). Protokol ini

2) Sifat-sifat

a) Connection-oriented

Suatu arsitektur/mekanisme komunikasi data di mana dua perangkat yang akan saling berkomunikasi diharuskan untuk membuat sebuah sesi (session) terlebih dahulu. Ketika komunikasi telah selesai, session tersebut akan berakhir. Hal inilah yang terjadi dalam komunikasi menggunakan telepon, sebuah koneksi harus tersedia dan terjadi terlebih dahulu sebelum telepon yang dituju dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan telepon yang digunakan untuk memanggil.

b) Reliable (keandalan)

Keandalan yang dimiliki oleh protokol ini disebabkan karena beberapa mekanisme. Berikut mekanisme tersebut:

  1. Checksum: semua segmen TCP membawa checksum yang akan digunakan oleh si penerima (receiver device) untuk mengecek adanya error baik itu error pada data atau pada header milik TCP itu sendiri.
  2. Duplicate Data Detection: kemampuan TCP untuk menjaga setiap byte yang diterima agar byte-byte tersebut tidak mengalami penggandaan (baca: diterima lebih dari satu kali).
  3. Retransmisson: kemampuan TCP untuk mengimplementasikan skema pengiriman ulang untuk data kiriman yang rusak atau hilang.
  4. Sequencing: kemampuan TCP untuk menyusun segmen-segmen data yang telah diterimanya. Hal ini akan membuat TCP mampu mengirimkan kembali data tersebut kepada suatu aplikasi dengan susunan yang benar.
  5. Timers: TCP menggunakan dua timer sekaligus dalam pengiriman data. Dua timer tersebut yakni timer statik dan timer dinamis. Protokol yang menjadi pengirim akan menunggu si penerima dalam periode waktu tertentu untuk sebuah “acknowledgement”. Jika timer telah habis masa periodenya, si pengirim dapat mengirim kembali (retransmit) segment yang akan dikirim.

c) Stream data transfer

TCP akan mengelompokkan byte-byte yang sebelumnya tidak terstruktur ke dalam bentuk segmen untuk kemudian dikirimkan ke IP. Layanan ini memberikan keuntungan bagi aplikasi-aplikasi karena mereka tidak perlu lagi membuat blok-blok data.

d) efficient flow control

ketika mengirim ulang acknowledgement ke alamat asal, proses TCP yang menerima mengindikasikan nomor urutan yang bisa diterimanya tanpa harus meng-over flow buffer internal miliknya.

e) full-duplex operation

TCP bisa mengirim dan menerima dalam waktu yang bersamaan

f) multiplexing

komunikasi antar upper-layer yang terjadi secara simultan bisa dimultiplexikan melalui satu koneksi tunggal.

3) TCP dalam kehidupan sehari-hari

Untuk aplikasi sehari-hari, TCP dikenal sebagai protokol pendamping Internet Protocol (IP). Gabungan antara TCP dan IP yang lazim dikenal dengan TCP/IP ini telah menjadi standar global komunikasi dunia internet.

Lembar Analisa 3 Praktek Jaringan Komputer

ROUTING DI LINUX

Praktikum 3

 Hasil dari ifconfig dari client
lab2@lab2-desktop:~$ ifconfig
eth0 Link encap:Ethernet HWaddr 00:19:d1:18:db:98
inet addr:192.168.0.4 Bcast:192.168.0.255 Mask:255.255.255.0
inet6 addr: fe80::219:d1ff:fe18:db98/64 Scope:Link
UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1
RX packets:1431 errors:18 dropped:0 overruns:0 frame:18
TX packets:1592 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:1000
RX bytes:159688 (159.6 KB) TX bytes:155035 (155.0 KB)

lo Link encap:Local Loopback
inet addr:127.0.0.1 Mask:255.0.0.0
inet6 addr: ::1/128 Scope:Host
UP LOOPBACK RUNNING MTU:16436 Metric:1
RX packets:250 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0
TX packets:250 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0
collisions:0 txqueuelen:0
RX bytes:17824 (17.8 KB) TX bytes:17824 (17.8 KB)


 Hasil dari route –n pada client
lab2@lab2-desktop:~$ route -n
Kernel IP routing table
Destination Gateway Genmask Flags Metric Ref Use Iface
192.168.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth0
0.0.0.0 192.168.0.254 0.0.0.0 UG 0 0 0 eth0


 Hasil dari ifconfig pada router
arfin@arfin-desktop:~$ ifconfig

eth0 Link encap:Ethernet HWaddr 00:11:95:c7:09:e0

inet addr:10.255.255.254 Bcast:10.255.255.255 Mask:255.0.0.0

inet6 addr: fe80::211:95ff:fec7:9e0/64 Scope:Link

UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1

RX packets:23 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:34 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:1000

RX bytes:4878 (4.8 KB) TX bytes:6195 (6.1 KB)

Interrupt:22



eth1 Link encap:Ethernet HWaddr 00:19:d1:18:dc:25

inet addr:192.168.0.254 Bcast:192.168.0.255 Mask:255.255.255.0

inet6 addr: fe80::219:d1ff:fe18:dc25/64 Scope:Link

UP BROADCAST RUNNING MULTICAST MTU:1500 Metric:1

RX packets:36 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:62 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:1000

RX bytes:3224 (3.2 KB) TX bytes:10790 (10.7 KB)



lo Link encap:Local Loopback

inet addr:127.0.0.1 Mask:255.0.0.0

inet6 addr: ::1/128 Scope:Host

UP LOOPBACK RUNNING MTU:16436 Metric:1

RX packets:12 errors:0 dropped:0 overruns:0 frame:0

TX packets:12 errors:0 dropped:0 overruns:0 carrier:0

collisions:0 txqueuelen:0

RX bytes:880 (880.0 B) TX bytes:880 (880.0 B)


 Hasil dari route –n pada router
arfin@arfin-desktop:~$ route -n

Kernel IP routing table

Destination Gateway Genmask Flags Metric Ref Use Iface

192.168.0.0 0.0.0.0 255.255.255.0 U 0 0 0 eth1

169.254.0.0 0.0.0.0 255.255.0.0 U 1000 0 0 eth1

10.0.0.0 0.0.0.0 255.0.0.0 U 0 0 0 eth0v


 Ping ke jaringan yang lain (ke Router)
lab2@lab2-desktop:~$ ping 192.168.0.254
PING 192.168.0.254 (192.168.0.254) 56(84) bytes of data.
64 bytes from 192.168.0.254: icmp_seq=1 ttl=64 time=0.150 ms
64 bytes from 192.168.0.254: icmp_seq=2 ttl=64 time=0.143 ms
64 bytes from 192.168.0.254: icmp_seq=3 ttl=64 time=0.144 ms
^C

-----------------------------------atau (ke PC B)
lab2@lab2-desktop:~$ ping 10.0.0.1
PING 10.0.0.1 (10.0.0.1) 56(84) bytes of data.
64 bytes from 10.0.0.1: icmp_seq=1 ttl=63 time=7.32 ms
64 bytes from 10.0.0.1: icmp_seq=2 ttl=63 time=0.228 ms
^C

Minggu, 09 Mei 2010

ROUTING

Routing

Routing adalah process transfer data melewati internetwork dari satu jaringan LAN ke jaringan LAN lainnya. Suatu router menerima dan mem-forward traffic sepanjang jalur yang sesuai / tepat menurut address software. Router bekerja pada layer Network / Layer 3 dan lazim disebut sebagai piranti layer 3. Didalam IP network, routing dilakukan menurut table IP routing. Semua IP hosts menggunakan routing table untuk melewatkan / forward traffic yang diterima dari router lain atau hosts.



IP routing protocol memberikan komunikasi antar router. IP routing protocol mempunyai satu tujuan utama – mengisi routing table dengan jalur (route) terbaik dan terkini yang bisa dia dapatkan. Berikut ini adalah IP routing protocol yang didukung oleh router Cisco.
• RIP (Routing Information Protocol)
• IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)
• IS-IS (Intermediate System-to-Intermediate System)
• OSPF (Open Shortest Path First OSPF)


1. Static Routing
Static routing adalah komunikasi data menggambarkan konsep salah satu cara untuk mengkonfigurasi jalur seleksi di router di jaringan komputer . Ini adalah jenis routing ditandai dengan tidak adanya komunikasi antara router tentang arus topologi dari jaringan . Hal ini dicapai dengan secara manual menambahkan rute ke tabel routing. Kebalikan dari statis routing adalah routing dinamis , kadang-kadang juga disebut sebagai adaptif routing.


2. Distance Vector Routing
Dalam komunikasi komputer teori yang berhubungan dengan jaringan paket-switched , Distance Vector Protokol adalah salah satu dari dua kelas utama dari routing protokol , kelas utama lainnya adalah protokol link-state . Sebuah distance-vector routing protocol menggunakan algoritma Bellman-Ford menghitung path.
Sebuah distance vector routing protokol mengharuskan router tetangganya menginformasikan perubahan topologi secara berkala dan, dalam beberapa kasus, ketika perubahan terdeteksi dalam topologi jaringan. Dibandingkan dengan protokol link state , yang membutuhkan sebuah router untuk menginformasikan semua node dalam jaringan perubahan topologi, jarak-vector routing protokol memiliki kurang komputasi kompleksitas dan overhead pesan .
Distance Vector berarti Router diiklankan sebagai vektor jarak dan Arah. Arah hanya hop alamat berikutnya dan antarmuka keluar dan Jarak berarti seperti hop.
Router menggunakan protokol distance vector tidak memiliki pengetahuan tentang seluruh jalan ke tujuan. Sebaliknya DV menggunakan dua metode:
1. Arah dimana atau antarmuka yang paket harus diteruskan.
2. Jarak dari tempat tujuan.
Contoh routing distance vector protokol termasuk RIPv1 dan 2 dan IGRP . EGP dan BGP tidak murni distance vector routing protokol karena protokol-vektor menghitung jarak rute hanya didasarkan pada biaya link sedangkan di BGP, misalnya, nilai preferensi rute lokal mengambil prioritas di atas biaya link.


3. Link State Routing
Sebuah link-state routing protokol adalah salah satu dari dua kelas utama dari routing protokol yang digunakan dalam packet switching jaringan untuk komunikasi komputer , kelas utama lainnya adalah vektor-jarak protokol routing . Contoh link-state routing protokol termasuk OSPF dan IS-IS .
Link-state protokol dilakukan oleh setiap dalam jaringan
(node yaitu yang siap untuk paket ke depan di internet , ini disebut router ). Konsep dasar dari link-state routing adalah setiap node membangun konektivitas ke jaringan, dalam bentuk grafik , yang menunjukkan node yang terhubung ke node lain. Kemudian, setiap node secara independen menghitungrterbaik logis berikutnya dari itu ke setiap tujuan mungkin dalam jaringan. Koleksi jalur terbaik kemudian akan membentuk node tabel routing .
Hal ini bertentangan dengan jarak-vector routing protokol , dimana bekerja dengan cara masing-masing memiliki saham nodetabel routing-nya dengan tetangga-tetangganya. Dalam protokol link-state informasi hanya lewat di antara node konektivitas terkait.


4. HYBRID ROUTING

Hybrid Protokol hybrid menggunakan aspek-aspek dari routing protokol jenis distance-vector dan routing protocol jenis link-state--sebagai contoh adalah EIGRP.
Enhance Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah sebuah routing protocol distance-vector milik cisco (cisco-proprietary) yang sudah ditingkatkan, yang memberi suatu keunggulan dibanding IGRP. Keduanya menggunakan konsep dari sebuah autonomous system untuk menggambarkan kumpulan dari router-router yang contiguous (berentetan, sebelah menyebelah) yang menjalankan routing protocol yang sama dan berbagi informasi routing. Tapi EIGRP memasukkan subnet mask kedalam update route-nya. Sehingga memungkinkan kita menggunakan VLSM dan melakukan perangkuman (summarization) . EIGRP mempunyai sebuah jumlah hop maksimum 255. Berikut fitur EIGRP yang jauh lebih baik dari IGRP
• Mendukung IP, IPX, dan AppleTalk melalui modul-modul yang bersifat protocol dependent
• Pencarian network tetangga yang dilakukan dengan efisien
• Komunikasi melalui Reliable Transport Protocol (RTP)
• Pemilihan jalur terbaik melalui Diffusing update Algoritma (DUAL)


5. Routing Information Protocol ( RIP )
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan berbasis lokal dan luas. Karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar(RIP / RIP generasi berikutnya)

Dasar Routing

· Contoh sebuah jaringan dengan tiga host nomor 1, 2, 3

· Network class C dengan max 254 host

· Masing-masing node memiliki nomor ethernet seperti 02-FE-87-4A-8C-A9

· Jika host “x” ingin mengirimkan paket ke host “z” dan x sudah tahu nomor IP host z maka dia harus tahu nomor ethernet dari host z.

· Address Resolution Protocol (ARP) digunakan untuk melakukan translasi ini

o Ada tabel nomor IP dan nomor ethernet

o Jika tidak ada entry, maka ARP akan melakukan broadcast dan host yang memiliki IP tersebut (contoh z) akan menjawab


Senin, 26 April 2010

subneting class C menjadi 4 subnet


Buat subneting class C menjadi 4 subnet, dengan ketentuan :

Subnet id 1 = 50 host
Subnet id 2 = 30 host
Subnet id 3 = 12 host
Subnet id 4 = 110 host

Jawab:

IP address : 192.168.0.6
Subnet Mask : 255.255.255.224
: 11111111.11111111.11111111.11100000
111 bit untuk menentukan jumlah subnet id
00000 bit untuk menentukan jumlah host

Jumlah subnet id : 23 = 8
Subnet id 1 : 192.168.0.00000000 (0)
Subnet id 2 : 192.168.0.00100000 (32)
Subnet id 3 : 192.168.0.01000000 (64)
Subnet id 4 : 192.168.0.01100000 (96)
Subnet id 5 : 192.168.0.10000000 (128)
Subnet id 6 : 192.168.0.10100000 (160)
Subnet id 7 : 192.168.0.11000000 (192)
Subnet id 8 : 192.168.0.11100000 (224)

Jumlah host : 25-2 = 30

Host pertama ------------------> Host terakhir
192.168.0.1 30 host 192.168.0.30
Subnet : 192.168.0.0
Broadcast : 192.168.0.31

2) Host pertama -------------------> Host terakhir
192.168.0.33 30 host 192.168.0.62
Subnet : 192.168.0.32
Broadcast : 192.168.0.63

3) Host pertama -------------------> Host terakhir
192.168.0.65 30 host 192.168.0.94
Subnet : 192.168.0.64
Broadcast : 192.168.0.95

4) Host pertama -------------------> Host terakhir
192.168.0.97 30 host 192.168.0.126
Subnet : 192.168.0.96
Broadcast : 192.168.0.127

5) Host pertama ------------------->Host terakhir
192.168.0.129 30 host 192.168.0.158
Subnet : 192.168.0.128
Broadcast : 192.168.0.159

6) Host pertama -------------------> Host terakhir
192.168.0.161 30 host 192.168.0.190
Subnet : 192.168.0.160
Broadcast : 192.168.0.191

7) Host pertama -------------------> Host terakhir
192.168.0.193 30 host 192.168.0.222
Subnet : 192.168.0.192
Broadcast : 192.168.0.221

2) Host pertama ------------------->Host terakhir
192.168.0.225 30 host 192.168.0254
Subnet : 192.168.0.224
Broadcast : 192.168.0.255

Dari referensi yang saya peroleh , banyaknya host yang dihasilkan dalam suatu subneting adalah seragam di setiap Subnet Id, seperti contoh diatas subnet id 1 sampai dengan subnet id 8 memiliki masing-masing 30 host. Dengan demikian saya baru bisa menjawab sebagian soal.

Bit untuk menentukan
jumlah host